Pages

Senin, 23 Februari 2009

Berkah Ditengah Amukan Sungai Bone

Rabu, 23 Juli 2008
Kumpul Kayu dan Ranting Pengganti MT Yang Kian Sulit Dijangkau

Ramlah Abdulah, diusia yang kian renta, wanita itu masih sanggup memikul tumpukan kayu yang menancap pasti di punggung tuanya. Ramlah terus mengais kayu di bibir Sungai Bone. Bagi Ramlah, aliran deras sungai Bone sedikit membawa berkah. Paling tidak untuk mengepulkan dapurnya ditengah bahan bakar minyak tanah yang kian mahal.
Image
Warga memanfaatkan kayu yang hanyut di Sungai Bone untuk pengganti bahan bakar. (Taufik Asnawi/Gorontalo Post)

Taufik Asnawi
Terik mentari yang cukup terik menyapa lagit Kabila siang itu tidak menggoyahkan Ramlah mengais tumpukan kayu yang kebetulan tersangkut di bibir sungai Bone yang mulai tenang. Tidak hanya Ramlah, tidak jauh dari tempat Ramlah mengais kayu Udin dan Hoga dua orang murid SD ini pun asyik mengumpulkan ranting di kebun jagung yang telah amblas, hanyut pun akibat hantaman arus deras yang terjadi sehari sebelumnya. Dengan langkah lunglai, sembari memikul tumpukan ranting dan kayu yang diletakan dipundaknya, Ramlah menuju tumpukan kayu miliknya yang sejak kemarin yang rajin dikumpul Ramlah. “Untuk buat kayu api,” kata Rahlah diiringi senyum khasnya, menjawab pertanyaan Gorontalo Post saat sibuk menyusun tumpukan kayu yang diperolehnya untuk dikeringkan.

Uniknya, tanggul yang terdapat dipinggir sungai Bone, digunakan warga untuk menjemur kayu yang hanyut di sungai Bone. Tumpukan kayu tersebut disusun dalam beberapa bagian. Sekaligus menandakan setiap tumpukan merupakan milik warga. Seperti halnya tumpukan kayu milik warga yang sudah menggunung. Ramlah mengaku ekspedisi mencari Kayu bakar sudah dilakukan sejak sungai Bone mulai meluap. “Kemarin lebih banyak kayu yang hanyut,” katanya polos.

Ditanya apakah kayu yang dikumpulkan di sungai Bone akan dijual kembali, ditampik Ramlah. Kayu yang dikupulkan, untuk digunakan keluarganya. “Bahan bakar kayu saat ini menjadi bahan bakar utama, setelah naiknya harga minyak tanah,” katanya sembari berjalan mengais kembali ranting maupun kayu dibantaran sungai Bone yang kembali jinak setelah sehari sebelumnya murka dan menghayutkan apa saja yang dilewatinya.

Ramlah, kembali berjalan menyusuri bibir sungai, berharap mendapatkan seonggok kayu dan ranting. Paling tidak untuk terus mengepulkan dapur lewat asap kayu bakar yang menjadi alternatif ditengah tingginya harga minyak tanah yang kian sulit dijangkau. gpinfo

0 komentar: