Pages

Senin, 23 Februari 2009

Romantisme BPU BPU Kabila dari Masa ke Masa

Gedung Kesenian, Bioskop, Hingga Tempat Mojok

Sabtu, 20 September 2008


Ambruknya
gedung Balai Pertemuan Umum (BPU) Kabila masih menarik perhatian. Lihat saja, meski tinggal tersisah bongkahan beton Gedung yang dibangun sekitar tahun 1962 tersebut masih menarik perhatian warga. Apakah melihat sisa puing bangunan yang menelan korban jiwa, atuapun sekedar reuni akan tempat yang menjadi primadona warga Kabila di tahun 60an.

Taufik Asnawi/Gorontalo Post

Sehari setelah ambruknya gedung BPU yang sementara direnofasi terus menjadi perhatian warga. Seperi halnya hari ini (kemarin,red), Jumat (19/9) sekitar pukul 10.00 Wita. Terik mentari yang menyinari Kabila pagi itu cukup menyita energi dan cairan tubuh, khususnya bagi warga muslim yang sementara puasa. Namun, beberapa warga nampak cuek, bongkahan bata yang masih berserakan jadi perhatian beberapa warga yang memang khusus datang melihat bangunan berukuran 10x20 meter yang pernah menjadi primadona.

Tepat di depan gedung tersebut terdapat salah seorang yang cukup mengenal jelas bangunan yang berusia lebih 40 tahun itu. Zainab Punta 65 tahun bersama salah seorang anaknya punya cerita akan bangunan yang kini sudah rata dengan tanah. Zainab mengaku sejak lama bangunan yang berada tepat di depannya memiliki cerita tersendiri. BPU merupakan salah satu icon di Kecamatan Kabila. Bangunan tersebut cukup terkenal, bahkan pernah dijadikan bioskop. “Bahkan jika ada iven pertemuan penting, BPU selalu dijadikan pilihan utamanya,” jelas Zainab dan menambahkan gedung tersebut pernah dibuat iven MTQ. Sayangnya, makin lama gedung yang kian termakan usia tersebut mulai tidak diperhatikan dan tidak terurus.

Beberapa kali BPU digunakan rema muda untuk kegiatan kesenian dan lainnya, namun setelah dicabutnya aliran listrik di bangunan tersebut, makin jarang kegiatan yang digelar di gedung BPU. Namun beda lagi bagi beberapa pemuda yang mengaku tingal disekitaran BPU. Kepada Gorontalo Post, ke empat pemuda yang dijumpai disisa-sisa reruntuhan menceritakan romantika akan bangunan yang dibuat secara swadaya itu. Apalagi kalau bukan tempat pacaran maupun sekedar nongkrong. Apalagi lokasi bangunan tersebut tepat berada di pusat kota. Pastinya, meski secara fisik bangunan tua itu sudah rata dengan tanah, namun cerita dan romantika sepanjang 40 tahun berdiri tidak akan ambruk, utamanya bagi warga Kabila dan sekitarnya. gpinfo

0 komentar: