Pages

Senin, 23 Februari 2009

BBM Belum Naik, Tarif Bentor Mulai Meroket

Kamis, 15 Mei 2008
Antri Panjang di SPBU Jadi Alasan

Image
Antrian Bahan Bakar Minyak masih menjadi pemandangan lazim di setiap SPBU di Kabupaten Gorontalo, (Muhamad Yasin/Gorontalo Post)
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) belum ada kepastian. Namun, beberapa bahan kebutuhan pokok mulai merangkak naik, termasuk kendaraan umum paling populer di Gorontalo. Bentor. Alasannya pun unik. Mulai antrian panjang di SPBU maupun harga di Depot yang mencapai Rp 7500, jadi alasan beberapa tukang bentor menaikan harga 'trayek' kendaraan khas bumi Hulondhalo.

Taufik Asnawi, Limboto

JIka trayek kendaraan 'plat kuning' yang biasana membawa penumpang umum antar provinsi maupun antar kota masih menunggu keputusan Dinas teknis jika ada kenaikan harga trayek. Tidak begitu dengan bentor. Meski BBM belum naik, beberapa Abang bentor cuek menaikan harga tarif bentornya.

Seperti pengalaman Ias, gadis berjilbab yang bekerja disalah satu instansi di Kecamatan Telaga. Ias uring-uringan soal tarif bentor yang sudah naik, sebelum pemerintah memutuskan kenaikan BBM secara resmi. Ias menceritakan, jika biasanya, harga normal tarif bentor sekitar Rp 2 ribu per penumpang. Kini abang bentor mulai menaikan tarifnya hingga Rp 3 ribu perpenumpang. "Memang, tidak ada ketentuan pasti soal tarif 'trayek' Bentor sekali jalan. Namun, ancang-ancang kenaikan BBM membuat beberapa abang bentor PD menaikan harga tarif bentor," ujar Ias kesal.

Apalagi, Ias menambahkan alasan tukang bentor mengada-ada dan tidak bisa diterimanya. "Cari bensin susah, antrian di SPBU panjang," tutur Ias menirukan abang Bentor yang ditumpanginya dari Telaga menuju kediamanya di bilangan Andalas.

Lain Ias lain pula pengalaman Upik, warga Kayu bulan Kecamatan Limboto, Udin mengaku kaget ketika tarif angkutan bentor berbeda dari biasanya. "Biasanya Rp 2 ribu kan Pa, kenapa sekarang Rp 3 ribu," tanya Udin. "Bentor mahal," sahut abang bentor sembari mengatkan, harga bensin di depot yang mencapai Rp 7500.

Mungkin sebaiknya, bentor didaftarkan di Dinas transportasi hingga jalur dan ketentuan harganya jelas. "Hingga tidak asal-asalan mematok harga," tandasnya. Jadi setelah bentor apa lagi? tanya Udin dan menjadi pertanyaan Ias, Kapulu, warga Gorontalo maupun sekitra 200 juta penduduk Indonesia yang sementara harap-harap cemas menanti kenaikan harga yang mungkin tidak bisa lagi terjangkau.###/gpinfo

0 komentar: